STUDIUM GENERALE PASCASARJANA 2021. REKONSTRLMUAN BERBASIS MULTIDISIPLINER : PELUANG DAN TANTANGAN

GENERAL STUDIES

RADEN FATAH UIN PALEMBANG POSTGRADUATE PROGRAM

The Postgraduate Program of UIN Raden Fatah Palembang at the beginning of the 2021-2022 academic year held several Studium Generale. This activity was carried out in order to enrich the academic insight of students and the postgraduate academic community of UIN Raden Fatah Palembang. The theme of this Studium Generale is the integration of science and multi-disciplinary scientific approaches. This theme was chosen as an effort to sharpen the distinction of UIN Raden Fatah Palembang and strengthen students’ methodological abilities in conducting studies and research through a multi-disciplinary approach. With this approach, students are expected to be able to analyze research problems more comprehensively.

The keynote speaker of The Studium Generale held on September 21, 2021 was Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rector of the International Islamic University of Indonesia (UIII). In the studium generale with the theme “Multi-discipline-Based Scientific Reconstruction: Opportunities and Challenges”, Prof. Komaruddin said that if various studies and researches do not use a multi-disciplinary approach, There will be contradictory and ambiguous facts or phenomena. For example, in responding to the phenomenon of the Israeli-Palestinian conflict, Indonesian Muslims generally hate Israel, including the United States behind it and support Palestine as an Islamic state colonized by Israel. However, Muslims in Indonesia are confused by the fact that Saudi Arabia as a country that is considered the center of Muslim unity has actually established very good friendly relationship with the United States.

Then the next phenomenon in response to the success of the Taliban in controlling Afghanistan, some Muslims in Indonesia also like it. However, it was later discovered that the main supporter of the Taliban in the field of economic development is China. So if this phenomenon is analyzed with mono-disciplines of science, contradictory facts will emerge. Therefore, according to Prof. Komaruddin, kind of phenomenon like this must be studied using a multi-disciplinary approach.

Next Prof. Komaruddin also gave an example of the need to understand the science of nabawiyah syirah in analyzing and understanding the sunnah content of the Prophet Muhammad. Prof. Komaruddin gave an example that Muslims will be truly amazed by the attitude of the Prophet Muhammad who apologized to the Quraysh infidels when he succeeded in controlling the city of Mecca during the fathu of Mecca. It has already been known about how the history of the Prophet’s struggle in the city of Mecca that is when the beginning of the spread of Islam was full of intimidation, isolation, death threats and finally migration to avoid assassination attempts. Then, the forgiveness he showed is a reflection of a truly extraordinary personal attitude. We will not succeed in understanding this, if we examine the story without being equipped with an understanding of the science of nabawiyah syirah, said Prof. Komaruddin. For this reason, students must be equipped with the ability to have a multi-disciplinary scientific approach.

Program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang pada awal tahun akademik 2021-2022 menggelar beberapa studium generale (kuliah umum). Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperkaya wawasan akademik mahasiswa dan civitas akademika Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Studium generale kali ini mengusung tema sentral kajian tentang integrasi ilmu dan pendekatan keilmuan multi disiplin. Tema sentral ini dipilih sebagai upaya penajaman distingsi UIN Raden Fatah Palembang dan memperkuat kemampuan metodologis mahasiswa dalam melakukan kajian dan penelitian melalui pendekatan multi disiplin. Dengan pendekatan ini, diharapkan mahasiswa mampu menganalisis suatu masalah penelitian secara lebih komprehensif.

Studium generale pertama, pada tanggal 21 September 2021, tampil sebagai pembicara tunggal Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). Dalam studium generale yang bertema “Rekonstruksi Keilmuan Berbasis Multi disiplin: Peluang dan Tantangan”, Prof. Komaruddin menyampaikan bahwa berbagai kajian dan penelitian jika tidak menggunakan pendekatan multi disiplin, maka akan menemukan fakta-fakta atau fenomena yang kontradiktif dan ambigu. Misalnya, dalam merespon fenomena konflik Israil dan Palestina, umat Islam Indonesia pada umumnya sangat membenci Israil termasuk Amerika Seerikat yang dibelakangnya, dan mendukung Palestina sebagai negara Islam yang dijajah oleh Israil. Namun, muslim di Indonesia bingung melihat fakta bahwa Arab Saudi sebagai negara yang dianggap pusat persatuan muslim malah menjalin hubungan persahabatan yang sangat baik dengan Amerika Serikat.

Kemudian fenomena berikutnya dalam merespon peristiwa keberhasilan Taliban dalam menguasai Afghanistan, sebagian muslim di Indonesia juga menyukainya. Namun belakangan diketahui bahwa pendukung utama Taliban di bidang pembangunan perekonomiannya adalah China. Sehingga apabila fenomena ini dianalisis dengan mono disiplin keilmuan, maka akan menemukan fakta yang kontra diktif. Oleh karena itu menurut Prof. Komaruddin fenomena seperti ini harus dikaji dengan menggunakan pendekatan multi disiplin.

Selanjutnya Prof. Komaruddin juga mencontohkan perlunya memahami ilmu syirah nabawiyah dalam menganalisis dan memahami kandungan sunnah dari Rasulullah Saw. Prof. Komaruddin memberi contoh bahwa umat Islam akan benar-benar merasa takjub dengan sikap Rasulullah Saw yang memberi maaf kepada kaum kafir Quraisy pada saat beliau berhasil menguasai Kota Mekkah pada peristiwa fathu mekkah. Jika memahami bagaimana sejarah perjuangan Rasulullah Saw di Kota Mekkah, ketika permulaan penyebaran Islam yang penuh dengan intimidasi, pengucilan, ancaman pembunuhan dan terakhir beliau harus hijrah untuk menghindari upaya pembunuhan, maka sikap memaafkan yang beliau tunjukkan adalah sebuah cerminan sikap pribadi yang sungguh luar biasa. Hal ini tidak akan berhasil kita pahami, jika dalam mengkaji kisah tersebut tanpa dibekali dengan pemhaman tentang ilmu syirah nabawiyah, tegas Prof. Komaruddin. Untuk itulah maka mahasiswa harus dibekali dengan kemampuan pendekatan keilmuan multi disiplin.

X